Merdekalah dengan Zona Waktumu Sendiri! #ProyekMerdeka

 Merdekalah dengan Zona Waktumu Sendiri!


Merdeka itu leluasa, tidak terikat dan bergantung pada pihak manapun. Caraku memaknai kemerdekaan tahun ini adalah merdeka dari belenggu asumsi zona waktu yang rupanya jika digambarkan seperti sebuah pola yang baku di masyarakat kita. Contoh sederhananya adalah usia yang menjadi tolok ukur seseorang seharusnya mencapai kesuksesan, yang pada kenyataannya definisi sukses itu sendiri juga ditarik dari standar yang tertanam pada pola pikir kebanyakan orang.

Padahal nih hidup bukan perkara menang atau kalah, siapa yang lebih cepat sampai, bukan. Karena hakikatnya setiap makhluk di bumi bergerak di zona waktunya masing-masing. 


Kura-kura mungkin bergerak lebih lambat dari seekor kelinci, tapi bukankah dengan begitu ia lebih pandai menangkap indah semesta lebih sempurna?


Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. menteri pendidikan indonesia saat ini, menciptakan aplikasi GO-JEK di usianya yang baru 27 Tahun kala itu, sementara menjelang usia senjanya yakni 59 tahun (1995) BJ Habibie mampu mewujudkan impiannya menciptakan pesawat yang dinamai N250 Gatot Kaca, ini merupakan karya besar beliau, dimana saat itu untuk pertama kalinya terbang di langit nusantra.


Griselda Sastrawinata, di usia 33 tahun berhasil bergabung bersama Walt Disney Animation Studios, mengharumkan bangsa dengan menjadi animator indonesia pertama yang masuk dalam kru perusahaan film AS itu, Dalam proyek pembuatan film Moana ini, Griselda bekerja sama dengan lebih dari 800 seniman lainnya yang berasal dari 25 negara. Sementara itu Prof. Dr.(HC) Ir. R. M. Sedyatmo di usia 53 tahun berhasil menemukan konstruksi cakar ayam yang mendunia, telah diterapkan di beberapa bandara dan bangunan-bangunan di Indonesia, juga di beberapa negara lain, seperti Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika dan Belanda.

Ketika di indonesia bagian timur orang-orang sudah mulai menikmati syahdunya malam sementara di bagian barat masyarakat baru menyaksikan cakrawala mulai berubah jingga. Perbedaan waktu 120 menit, apakah itu berarti jam di DKI Jakarta bergerak lebih lambat daripada jam di Maluku dan Papua?, tentu saja tidak hyung.

Tidak ada istilah terlalu cepat atau lambat. Berbanding lurus dengan kehidupan, tidak ada yang berhak menghakimi terbit dan terbenamnya matahari dalam hidup seseorang. Ada yang menjemput kesuksesan di masa belianya, tak ayal banyak pula manusia yang meminang gelar profesor di masa tuanya.

Jadi jangan lagi merasa gagal atau kalah lebih parah lagi menyerah ketika melihat teman sebaya sudah berlari jauh di depan. Cukup fokus pada zona waktumu, pelan-pelan satu per satu, selama kamu terus bergerak maju dan berkecimpung dalam hal-hal positif, Tuhan akan memberikan jalan, dan terus percaya ya kalau semesta nggak pernah ingkar janji. 

Oh iya terlepas dari topik yang kita bahas, yuk ikut andil jadi pahlawan kemerdekaan kali ini, gimana caranya?, bukan lagi dengan mengangkat senjata atau memanggul bambu runcing, kamu cukup pake masker, bawa hand sanitizer, juga sering-sering cuci tangan ya.


"Cepat pulih bumi, lekas sembuh indonesiaku"


Oleh :

Khaerunnisa Amrun

Author semestasebelumhujan.blogspot.com

Komentar

Postingan Populer