A Secret Recipe of Happiness

Hidup di kota besar, dengan rutinitas pekerjaan yang berulang dari terbit sampai terbenamnya matahari. Senin yang dibenci banyak orang dan weekend hampir selalu jadi pelarian. Terjebak dalam pola baku dan kaku di masyarakat, misalnya stereotip tentang sukses adalah ketika kamu berhasil lolos jadi abdi negara, pejabat berdasi atau menjadi karyawan perusahaan bergengsi yang berangkat dengan rambut klimis. Banting tulang yang dilakukan sekadar untuk cari makan, soal bahagia atau tidak urusan belakangan. Bahkan tak jarang untuk bangun pagi hari saja terasa enggan untuk dilakukan. Tak kunjung pula menemukan alasan  kenapa roh harus kembali pada raga esok hari. Lama-kelamaan, diri jadi suntuk, kurang motivasi, bahkan kehilangan gairah untuk melakukan apapun. Lalu muncul    segelintir pertanyaan di kepala, tentang mengapa saya tidak bahagia dengan kondisi  yang ada?, apa sebenarnya tujuan hidup saya di bumi ini?, dan bagaimana sih agar hidup saya bisa bermakna?

Kebingungan dan kegelisahan akan hidup ini terjawab dalam sebuah konsep  budaya jepang yang dikenal dengan istilah ikigai. Menurut Kamus Gendai Shakai Yougoshu, ikigai adalah rasa kepuasaan batin (sense of fulfillment and satisfaction). Sebuah penelitian terkait ikigai yang dilakukan oleh seorang penulis sekaligus psikolog klinis dan profesor di Toyo Eiwa University bernama Akihiro Hasegawa, menempatkan kata ikigai sebagai bagian dari bahasa sehari-hari jepang yang terdiri dari dua kata: iki, yang mengandung arti kehidupan dan gai yang bermakna nilai. Hasegawa berpendapat, bahwa istilah ikigai ini muncul pada zaman Heian (794- sekitar 1185). Kata gai diambil dari kai dalam bahasa jepang diartikan sebagai “tempurung kerang” yang sangat bernilai, dari situ kemudian ikigai diartikan sebagai nilai kehidupan. Secara filosofis ikigai berarti cara untuk menjalani hidup agar lebih bermakna, bermanfaat bagi orang banyak untuk mendapatkan kebahagiaan secara utuh dan penuh. Sederhananya ikigai ini berarti alasan untuk hidup

Menurut Dan Buettner, seorang reporter dari National Geographic sekaligus penulis buku The Blue Zones: Lessons for Living Longer from the People Who’ve Lived the Longest bahwa ikigai ini adalah rahasia panjang umur orang-orang di Okinawa, penerapan ikigai dalam hidup menjadikan mereka lebih sehat dan tetap bersemangat di usia senja. Ken Mogi di dalam buku karangannya The Book of Ikigai      menyebutkan bahwa ikigai memberikan seseorang makna dalam hidupnya dan memberikan kegigihan agar ia mau melanjutkan hidupnya. Selanjutnya, Ken Mogi juga mengemukakan bahwa tidak harus menjadi orang jepang untuk menjalankan ikigai, siapapun bisa menjalankan konsep ini.

Ikigai punya dampak praktis yang cukup signifikan bagi produktivitas sehari- hari. Mitsuhashi dalam bukunya Ikigai: Giving every day meaning and joy menyebutkan bahwa filosofi hidup ikigai dapat memperkuat motivasi kerja bagi orang-orang yang menerapkannya, ikigai juga dapat memengaruhi pengambilan sebuah keputusan dan tindakan dengan tepat, dampaknya pekerjaan jadi lebih cepat              selesai. Selanjutnya, Mitsuhashi memaparkan bahwa ikigai juga dapat membuat seseorang memiliki etos kerja yang baik karena mereka yakin bahwa pekerjaan yang mereka tekuni memiliki dampak yang baik untuk orang lain. Tidak hanya itu, ikigai juga memiliki manfaat dari segi kesehatan baik fisik maupun mental. Mereka yang menjalankan filosofi hidup ikigai memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena penyakit jantung (Yasukawa dkk., 2018; Sone dkk., 2008). Buettner telah menjelajah dunia dan meneliti komunitas yang hidup lebih lama dari rata-rata yang dinamakan zona biru, salah satunya adalah Okinawa, sebuah pulau dengan jumlah penduduk berusia di atas seratus tahun yang sangat besar. Selain pola makan yang sehat, ikigai juga salah satu rahasia umur panjang mereka. Sejalan dengan hal ini dilansir dari detikHealth, ketua perhimpunan Geriatri Medik Indonesia (PERGAMI), Prof dr Seti Setiati, SpPD-KGER, menganjurkan agar lansia menerapkan ikigai, gaya hidup sehat ala orang jepang.

Ikigai selain menjawab keresahan mereka yang sudah bekerja dan merasa tidak bahagia dengan kondisinya, juga bisa membantu mereka yang masih dalam rentang usia sekolah terutama mahasiswa yang sering merasa gelisah akan masa depan dan pilihan yang akan diambilnya. Ikigai bisa ditemukan dengan menyeimbangkan 4 hal yakni What you love’, ‘What you are good at’, ‘ What you can be paid for’, dan What the world needs’. Berikut pembahasan mengenai 4 fase ikigai yang terbentuk dari irisan-irisan 4 hal di atas:




                  Elemen Ikigai

1.    Passion, adalah irisan antara himpunan ‘What you love’ apa yang kamu sukai dengan ‘What you are good at’ apa yang bisa kamu lakukan dan kamu cukup ahli di bidang itu. Pada fase ini kamu belum menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan orang banyak, dari segi finansial juga belum mendapatkan bayaran. Contohnya: seseorang dengan hobi melukis, di mana hasil lukisannya hanya dipajang di kamar pribadinya.

2.  Mission, adalah irisan antara himpunan ‘What you love’ apa yang kamu sukai dengan ‘What the world needs’ sesuatu yang dibutuhkan orang banyak’. Fase ini adalah saat kamu berhasil melakukan apa yang kamu suka dan hal itu dibutuhkan banyak orang, tetapi dari segi finansial belum mendapatkan bayaran, kamu juga tidak begitu menguasai bidang tersebut. Contohnya: seseorang yang menjadi pengajar sukarela di daerah-daerah terpencil.

3.  Vocation, adalah irisan antara himpunan ‘What the world needs’ sesuatu yang dibutuhkan orang banyak dan ‘What you can be paid for’ kamu dibayar atas apa yang kamu lakukan. Ketika kamu melakukan apa yang dibutuhkan banyak orang dan mendapatkan bayaran tetapi hal itu bukan sesuatu di mana kamu menguasainya dengan baik dan bukan merupakan hal yang kamu sukai.

4.  Profession, adalah irisan antara himpunan ‘What you are good at’ apa yang bisa kamu lakukan dengan cukup baik dan ‘What you can be paid for’ kamu dibayar atas apa yang kamu lakukan. Ini adalah fase di mana kamu ahli dalam melakukan sesuatu dan mendapatkan bayaran yang sangat sesuai untuk itu, tetapi belum mencintai apa yang dikerjakan, dan hal itu belum dibutuhkan orang banyak. Contohnya: karyawan yang bekerja nine to five setiap harinya, ia ahli dengan apa yang dikerjakan, dari segi finansial terpenuhi, tetapi itu belum bermanfaat bagi banyak orang, terlebih yang dikerjakan bukan hal yang disukainya.


Nah, ketika seorang individu telah jatuh cinta dengan hal yang dikerjakannya, dan ia ahli dalam bidang itu, apa yang dilakukan punya makna untuk orang banyak, serta dibayar cukup, saat itulah seseorang bisa dikatakan mencapai ikigai dalam hidup. Sebuah proses di mana manusia akan merasa puas dengan apa yang mereka kerjakan atau dikenal dengan istilah Self fulfillment.


Perjalanan mencapai ikigai adalah sebuah proses panjang. Berikut beberapa hal yang penting untuk membantu kamu menemukan ikigai.


Pertama, kenali diri kamu. Kebanyakan individu belum mengenal dirinya dengan baik, dan memilih hidup mengikuti pola umum yang ada di masyarakat. Coba untuk mencari tahu hal yang kamu sukai, apa yang bisa membuatmu bahagia saat mengerjakannya, apa hal yang tidak kamu sukai, apa yang kamu inginkan, dan apa yang tidak kamu inginkan.


Kedua, cintai diri kamu seutuhnya. Lepaskan perasaan negatif seperti merasa tidak berharga, merasa tidak percaya diri, merasa tidak mampu. Karena yang akan menjadi pemandu kamu dalam perjalanan menemukan ikigai adalah diri kamu sendiri, yang paling memahami kondisi kamu adalah diri kamu sendiri, maka jadilah teman terbaik bagi diri sendiri.


Ketiga, bedakan rasa syukur dengan zona nyaman. Analisa Widyaningrum, S.Psi., M.Psi. seorang Clinical Psychologist (Jogja International Hospital, UGM), Life Motivator, Owner and Director Analisa Personality Development Center, mengatakan bahwa ada perbedaan antara rasa syukur dan terjebak dalam zona nyaman, di mana bersyukur tidak membuat kita lupa untuk usaha yang maksimal, kalau terjebak dalam zona nyaman rasa syukur kerap kali menjadi alasan untuk tidak mau bangkit ataupun menyelesaikan masalah. Jangan takut untuk menekuni hal yang tidak kamu sukai, sesekali keluar dari zona nyaman justru mendewasakan. Di dunia ini kamu tidak selalu melakukan apa yang kamu suka, ada saat di mana kamu harus belajar menyukai apa yang sedang kamu lakukan.


Keempat, Everyone have their own timing to shine. Terbit dan terbenamnya matahari di hidup setiap insan akan berbeda. Waktu terlalu singkat untuk menjalani zona waktu orang lain. Banyak yang meraih impiannya di masa muda, tapi tak sedikit pula mereka yang meminang gelar profesor di masa tuanya. Jadi merdekalah bergerak di zona waktumu sendiri.


Kelima, memperluas cakrawala. Caranya dengan terus mencari tahu banyak hal dalam hidup, menambah lingkup pertemanan, dan jangan cepat puas dengan ilmu yang kamu dapatkan.


Keenam, coba berdiskusi dengan orang yang mempunyai minat yang sama denganmu. Berbincang santai, bertukar pikiran dan pengalaman dengan mereka bisa membuatmu saling belajar dari kesalahan masing-masing untuk lebih siap melangkah ke depan.


Ketujuh, jangan takut akan rintangan dan kegagalan. Setiap insan di dalam perjalanan menuju kesuksesan pasti akan menemukan hambatan dan realita yang kejam, tapi percayalah bahwa hal ini adalah wajar. Dari jatuh kamu akan memiliki kekuatan untuk bangkit, teruslah maju selangkah setiap harinya dan nikmati detik demi detik prosesnya.


Terakhir, jangan lupa melibatkan Tuhan dalam setiap tindakan dan keputusan. Terus beribadah, dan percaya bahwa setiap kebaikan-kebaikan kecil yang kamu lakukan akan mendatangkan karunia dalam hidup.


Setelah berhasil mencapai ikigai, tanggung jawab berikutnya adalah menjalaninya. Di dalam buku Ikigai karya Hector Garcia dan Francesc Miralles disebutkan bahwa tantangan selanjutnya yang harus dihadapi adalah bagaimana caranya agar kita bisa berada di jalan yang benar dan hidup sesuai ikigai kita.


Perjalanan dalam berburu ikigai adalah sebuah proses panjang. Suatu hal yang tidak mudah, penuh hambatan, dan pasti melelahkan. Tetapi, bukan berarti tak bisa ditaklukan. Teruslah mencoba, mencari, dan melangkah setiap harinya, nikmati setiap jengkal prosesnya, dan percaya kamu akan sampai suatu hari nanti.


Author: Khaerunnisa Amrun



Komentar

Postingan Populer