Be Your Own Kartini: Impelementasi Kartini Masa Kini
Kartini adalah kontradiksi: ia cerdas sekaligus lemah hati. Ia menyerap ide masyarakat Barat tapi tak takluk pada adat. Ia feminis yang dicurigai. Ia dianggap terkooptasi oleh ide-ide kolonial. Tapi satu yang tak bisa dilupakan: ia inspirasi bagi gerakan nasionalisme di Tanah Air. (Tempo: Gelap Terang Hidup Kartini, 2014)
Para perempuan terdahulu terlahir dengan keadaan yang sangat
berbeda dengan para lelaki. Ruang gerak yang terbatas hanya pada dapur, sumur,
dan kasur. Perempuan dianggap sebagai objek pemuas, bahkan kelahirannya pernah
dianggap sebagai aib sehingga harus dikubur hidup-hidup. Tapi seiring
berjalannya waktu, hadir mereka yang perlahan menghancurkan tembok peradaban, menghapus
perbedaan, menjadikan hal yang mustahil menjadi nyata. Gagasan-gagasan yang dimulai
dari balik bilik perlahan menyebar ke desa-desa hingga mendunia, banyak tangan
yang mulai menyambutnya, yang dahulu hanya belajar dari saung hingga diizinkan mengenyam
pendidikan di bangku sekolah. Hari ini setelah sekian abad berlalu berkat para
pemberani yang tak segan mati kita para perempuan masa kini tak hanya diperbolehkan
belajar baca tulis, pun didukung untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya,
mencari uang dengan profesi yang beragam, bahkan menjadi pemimpin negara, semakin
bebas bersuara. Meskipun demikian, kita tidak boleh menutup mata bahwa di genggaman
kitalah tongkat estafet kini berada. Kesempatan yang hadir, seyogyanya kita
dapat menggunakannya dengan sangat baik. Miris, fenomena perempuan yang justru
memonetisasi tubuhnya masih menjamur. Puan, sayangi dirimu, hargai setiap
jengkal anugerah Tuhan yang ada pada di tubuhmu, manfaatkan setiap kesempatan
yang hadir dengan sangat baik karena di balik bebasnya kakimu melangkah hari
ini, ada darah mereka pada pendahulu yang gugur dalam memperjuangkan hak-hak dan
kebebasanmu.
Selamat hari kartini para Puan, para Kartini masa kini.
With love,
Nisa
Source picture: Pinterest
Komentar
Posting Komentar